Judul : Madre
Penulis :
Dee
Penerbit : Bentang Pustaka
Halaman : 162
Tansen seorang keturunan setengah India mendapatkan sebuah warisan berupa sebuah kunci dan secarik kertas yang bertuliskan alamat yang ternyata alamat tersebut adalah bekas toko tua tanpa plang dan tak terurus di daerah Jakarta tua yang dihuni oleh Laki-laki cina yang sudah sepuh yang belakangan diketahui bernama Pak Hadi. Dari cerita Pak Hadilah, Tansen akhirnya tau kalau Ruko itu memang sebuah toko roti yang mati suri yang berdiri sejak tahun 1943 dan bernama "Tan de bakker". Toko Roti itu tidak pernah eksis lagi karena kalah saing dengan bakery-bakery modern yang terus bermunculan. Setiap Pak hadi bercerita, beliau terus menyebut-nyebut madre tanpa Tansen tau apa maksudnya
"Toko sudah nddak untung, cuma cukupan buat gaji pegawai, tapi Tan bertahan terus. katanya Madre jangan dibikin nganggur."
"Madre?"
Pak Hadi terus bercerita dan tidak mengindahkan pertanyaan-pertanyaan Tansen dan akhirnya sampailah mereka disebuah kulkas dan dengan kunci warisannya Tansen, Pak Hadi membuka kulkas itu penuh perasaan dan betapa terkejutnyan Tansen ternyata kulkas itu hanya untuk menyimpan satu benda saja : stoples kaca berukuran besar, isinya adonan putih keruh dan itulah Madre.
Berawal dari Madre, kisah masa lalu Tansen akhirnya terbongkar, dan Madre pulalah yang membuat hidup Tansen berubah.
Madre adalah adonan biang, hasil perkawinan antara air, tepung dang fungi Saccharomyses exiguus dan nenek Tansen sendiri yang mengulturkannya dan lahir pada tahun 1941. *kebayang deh setua apa si Madre
Madre juga yang membuat tansen bertemu dengan si Peri Roti yang memberikan komentar di sebuah postingan Blog Tansen yang bercerita tentang Madre dan akhirnya mereka bekerja sama sebagai partner untuk memproduksi Roti Klasik (dibantu oleh para pegawai Tan de Bakker dulu yang sekarang sudah lanjut usia semua tapi masih sangat gesit) yang sebelumnya Tansen mencoba untuk menjual Madre hanya agar kembali menjadi Orang bebas -tidak terikat aturan seperti kehidupannya dulu.
Aku dan atau uang seratus juta tak pantas menggusur Madre keluar dari sini. tempat tua ini adalah rumahnya. Orang-orang tua ini adalah keluarga sejatinya.
Kalau bebas sudah menjadi keharusan, sebetulnya sudah bukan bebas lagi
Kumpulan Cerita Dee kali ini berisi 13 bahasan yang temanya sangat beragam dengan Madre sebagai Leadernya dan entah kenapa saya tidak terlalu tertarik dengan Kumcer ini, saya hanya menyukai cerita madre dan menunggu layang-layang, dan Prosanya? saya harus membaca berulang-ulang, mungkin karena saya susah memahami prosa atau karena hal lainnya *gubraksss, tapi Dee tetap penulis favorit saya.
Ada yang menarik dalam bahasan Semangkuk Acar untuk cinta dan Tuhan, kira-kira seperti ini :
Apa itu cinta? Apa itu Tuhan? itulah cinta, itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan.Perjalanan, bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban (kayaknya statement ini bisa direvisi dan dipikir ulang)
Dan bahasan have you ever? yang membuat saya lelah membacanya, karena terlalu bertele-tele, saya bertambah bingung ketika membaca wajah telaga *nyengir. Dee memang selalu menggunakan tema yang unik untuk setiap karyanya dan masalah menyukainya atau tidak, semua tergantung selera. Happy Reading ^^
Kalau dibandingkan dengan Filsofi Kopi kurang greng, tapi lumayan lah...Dee banget...blogwalking....lam kenal ^^
BalasHapusiya, masih mendingan filkop kayaknya, walau blm habis dibaca juga sih *malu. Salam kenal juga :D
BalasHapusblogwalking..
BalasHapussama di buku ini aku juga sukanya Madre dan Menunggu layang-layang
salam kenal :)
wah, sehati dong kita,, hihihi,, salam kenal juga :D
BalasHapus