Penulis : John Green
Penerjemah : Inggrid Dwijani Nimpoeno
Penyunting : Prisca Primasari
Proofreader : Yunni Yuliana M.
ISBN 978-602-9225-58-7
Diterbitkan oleh Penerbit Qanita
424 Halaman, Cetakan II April 2013
Blurb :
Mengidap kanker pada umur 16 tahun pastilah terasa sebagai nasib sial, seolah bintang-bintang serta takdirlah yang patut disalahkan. Itulah yang dialami oleh Hazel Grace. Sudah begitu, ibunya terus memaksanya bergabung dengan kelompok penyemangat penderita kanker. Padahal, Hazel malas sekali.
Tapi, kelompok itu toh tak buruk-buruk amat. Di sana ada pasien bernama Augustus Waters. Cowok cakep, pintar, yang naksir Hazel dan menawarinya pergi ke Amsterdam untuk bertemu penulis pujaannya. Bersama Augustus, Hazel mendapatkan pengalaman yang sangat menarik dan tak terlupakan.
Tetap saja, rasa nyeri selalu menuntut untuk dirasakan, seperti halnya kepedihan. Bisakah Augustus dan Hazel tetap optimistis menghadapi penyakit mereka, meskipun waktu yang mereka miliki semakin sedikit setiap harinya?
Novel ini membawa kita ke dunia para karakternya, yang sanggup menghadapi kesulitan dengan humor-humor dan kecerdasan. Di balik semua itu, terdapat renungan mengenai berharganya hidup dan bagaimana kita harus melewatinya
Ini adalah sebuah curhat...
Aku percaya kau punya pilihan di dunia ini mengenai cara menceritakan kisah sedih, dan kami memilih cara yang lucu.
Sejujurnya aku bingung harus memulai dari mana untuk sebuah kisah perjalanan cinta dan kehidupan Hazel Grace. Kisah mereka yang seharusnya seperti yang sering terjadi kepada orang-orang di dunia ini, maksudku seperti orang kebanyakan, bertemu-saling suka-berkencan-sedikit masalah-happy ending. Tapi kisah mereka agak lain karena mereka berbeda dari orang kebanyakan. Hazel menderita Tiroid dengan Metasis, membawa kanula sebagai alat bantu pernapasan dan selalu berkata kalau dia baik-baik saja. Aku sangat menyukai Hazel, aku menyukai cara Hazel menganalogikan kanker yang dideritanya dan karakter Hazel jarang sekali aku temui. Hazel lalu menceritakan kepadaku (melalui om John Green) tentang aktivitas membosankannya di kelompok penyemangat penderita kanker hingga suatu hari dia bertemu dengan Augustus Waters. (Thanks Mom, sudah memaksa Hazel mengikuti kelompok penyemangat)
Augustus Waters.. hm bagaimana aku mendeskripsikannya? aku juga jatuh cinta kepadanya melalui cerita-cerita yang Hazel tuturkan kepadaku. Aku sangat sangat menyukainya. Menyukai cara pikir dan sikapnya dan aku sangat cemburu dengan Hazel karena Gus (begitu Hazel memanggilnya) menyukai Hazel dan sekali lagi aku mengingatkan diriku sendiri kalau ini bukan kisahku tapi ini tentang Hazel dan Gus.
Kisah mereka tidak berakhir bahagia secara harfiah (maafkan karena aku sedikit memberi tahu) tapi aku yakin bukan akhir dari sebuah kisah itu yang dicari tapi perjalanan kisah itu sendiri. August dengan caranya sendiri menikmati hidup membuatku merasa malu dengan diriku sendiri dan membuatku semakin menyukai August. August dengan keistimewaan kankernya berhasil mewujudkan keinginan Hazel untuk bertemu penulis favoritnya di Amsterdam untuk bertanya ending dari buku favorit mereka "Kemalangan Luar Biasa". Walau perjalanan tersebut tidak seperti yang diharapkan tapi Hazel menemukan jawaban yang lebih indah untuknya walau sedikit diwarnai dengan kesedihan.
Seperti yang aku katakan sebelumnya kisah mereka lain dari orang kebanyakan. Sebesar apapupun cinta mereka tapi akan tiba saatnya keistimewaan dan kejaiban kanker berakhir. Pertahananku hancur saat August mengadakan upaca pemakamannya sendiri yang hanya dihadiri oleh Isaac dan Hazel, aku semakin menangis ketika membaca eulogi Hazel untuk August.
Mereka bertemu karena kanker dan berpisah karena kanker. Terima kasih om John Green yang bersedia berbagi cerita Hazel dan August kepadaku. Sekarang aku sangat merindukan August tapi kurasa Hazel lebih merindukannya. T_T
![]() |
source |
p.s. buku ini hanya aku selesaikan dalam beberapa jam dan menangis setelahnya. Paginya aku ke kantor dengan mata bengkak dan aku masih belum bisa move on dari seorang Augustus Waters :(
aku baru mau baca Lis... :)
BalasHapusAyo dibaca mbak :D
Hapus