Holla, masih dalam rangka memperingati ultahnya Bebi yang ke 3. Event divisi mengadakan guest posting yang bertujuan agar sesama member lebih kenal dan akrab. Saya menjadi tamu di Maria @ HobbyBukuShelf dan tamu saya adalah Mba Azia dari bukabukuku aka reading is my blood. Berikut postingan Mba Azia. Check this out...
"Hubungan Spesial Saya dengan Perpustakaan"
Saya pernah membaca, ibu adalah perpustakaan pertama. Ibu yang pertama kali mendorong saya suka membaca dari majalah Bobo yang ia belikan. Kota kelahiran saya tidak ada toko buku, hanya toko buku yang menjual alat-alat tulis dan majalah. Toko buku besar berada di ibukota propinsi. Saya membaca buku perpustakaan sekolah walaupun terbatas koleksinya, itulah jatuh cinta pertama saya dengan perpustakaan.
Setelah pindah sekolah ke ibukota, beli buku masih agak sulit. Untuk membeli buku yang saya inginkan harus menabung dari uang jajan. Saya bersyukur orang tua saya tidak melarang saya membaca novel. Asalkan nilai-nilai pelajaran tetap bagus. Kalau saya terlalu larut membaca sehingga susah dimintai tolong saja baru dimarahi.
Perpustakaan yang spesial di hidup saya adalah Perpustakaan Pusat UI. Perpustakaan pusat UI yang saya maksud ini gedung perpustakaan lama sebelum dipindahkan ke yang baru, gedung yang sekarang. Berawal dari keisengan saya searching buku di katalog online perpus pusat yang bisa diakses dari perpus fakultas. Saya tidak menyangka saya bisa menemukan novel Harry Potter, Sidney Sheldon, Danielle Steel. Jadi anggota perpustakaan lebih menguntungkan daripada sewa di taman bacaan yang cukup banyak di sekitar kampus UI. Pinjam 2 buku dengan waktu peminjaman 2 minggu, gratis. Duh senangnya! Kalau pinjam di taman bacaan bisa habis duit jajan. Harap maklum, anak kosan. Walaupun letak perpus pusat jauh dari fakultas saya, saya bela-belain.
Saya sering mengajak sahabat saya main ke perpus, kartu mahasiswa mereka bisa saya pakai buat pinjam buku lebih banyak. Hihihi. Lama-lama saya tak perlu searching katalog dulu karena sudah hafal letak rak-raknya. Saya mulai membaca karya-karya Mochtar Lubis dan Pramoedya Ananta Toer. Buku-buku mereka mengarahkan saya untuk kritis dengan keadaan sosial. Apalagi waktu mahasiswa, saya aktif dalam organisasi pers kampus. Bacaan saya berkembang ke sastra dunia dan non fiksi, sosial politik dan sejarah.
Setelah mempunyai penghasilan sendiri, beli buku tidak sesulit jaman mahasiswa malah sekarang suka tidak terkontrol sementara waktu luang tidak sebanyak dulu. Kecepatan membeli buku tidak sebanding dengan kecepatan membaca, apalagi kecepatan nulis review. Jadinya ya banyak buku yang belum dibaca, yang masih diplastik menumpuk di rak. Penimbun buku. Hiiikss....
Sudah punya perpustakaan kecil di rumah, saya tidak berhenti untuk menjalin hubungan spesial dengan perpustakaan. Suasana perpustakaan yang tenang adalah refreshing khusus buat saya (selain ke toko buku). Ada beberapa perpustakaan yang menarik di Jakarta seperti Freedom Institute Library, Perpustakaan Daerah DKI Jakarta, Perpustakaan Fadli Zon. Saya belum sempat mengunjungi semuanya.
Sekarang saya rutin meminjam buku di perpustakaan Erasmus Huis di Kedutaan Negara Belanda. Sebagian besar koleksinya dalam bahasa Belanda, namun ada koleksi berbahasa Indonesia yang termasuk koleksi langka. Dan bisa pinjam dvd ! Selain suka baca, saya juga suka nonton film. Hehe. Tadinya saya bisa jalan kaki dari kantor ke Erasmus, sejak kantor pindah ke daerah rasuna epicentrum saya harus naik kendaraan kesana. Kantor saya yang baru pun tidak jauh-jauh dari perpustakaan, perpustakaan daerah DKI Jakarta. Mungkin ini pertanda saya tidak bisa jauh-jauh dari perpus. Hihihi.
Wah asyik ya kalau kantor dekat dengan perpus ^^. Saya juga suka ke perpus walau sayang perpusda kota Medan koleksinya sangat tidak lengkap (kebanyakan buku-buku lama), pengaturan bukunya yang tidak rapi dan banyak buku yang rusak tak terawat belum lagi pegawai perpusnya yang cuek dan malah sibuk ngerumpi. Nah untuk mengenal mba Azia lebih dekat saya berkesempatan untuk mewancarai beliau.
Q : Sejak kapan mba Azmi hobi membaca dan tertarik untuk mereviewnya yang dituangkan di bukabukuku.blogspot.com?
A : Menulis review buku baru mulai dari kuliah. Saya gabung Goodreads di tahun 2007 dan mulai menulis review buku yang sudah dibaca, yang saya posting di blog personal. Blog buku secara khusus saya buat sekitar tahun 2009 tapi awalnya postingan masih jarang-jarang.
Q : Kalau boleh tau apakah ada alasan khusus memilih alamat blog bukabukuku.blogspot.com ketimbang reading is my blood? (agak-agak kepo nggak papa kan mba? Hehehehe)
A : Engga ada alasan khusus. Hehehe. Waktu saya buat blog buku, saya berpikir alamat yang mudah diingat saja. Kalau judul Reading is My Blood setelah ada alamat blog, yang terinspirasi dari ucapan seorang pebalap ayrton senna. Racing is in my blood.
Q : Apakah mba Azmi menyukai genre2 tertentu? Kalo iya, genre apa yang paling mba sukai?
A : Genre sastra. Saya suka baca sastra Indonesia dan sastra dunia tapi tidak membatasi diri dengan genre-genre lainnya.
Q : Mengapa mba Azia tertarik bergabung dengan BBI?
A : Untuk berbagi semangat baca dan menulis. Bergabung dengan BBI membuat saya semangat juga dalam review karena tulisan teman-teman BBI yang sering update. Membuat blog itu gampang, yang tidak mudah konsisten dalam menulis. Selain itu bisa diskusi buku yang sama-sama disukai dan bisa bertukar info toko buku yang sedang diskon.
Q : Apa yang menjadi dasar mba Azia menyukai atau tidak menyukai sebuah buku? Boleh diceritakan sistem rating yang mba terapkan?
A : Bisa dari konflik, pilihan kata, pesan moral dari buku tersebut atau pengetahuan baru buat saya. Sebuah buku yang bagus membuat pembacanya merasa kehilangan setelah membaca halaman terakhir. Saya menyukai buku yang cerita yang memberikan kesan positif.
Saya tidak suka dengan cerita yang tidak konsisten. Di halaman-halaman pertama dituliskan A kemudian pas bagian tengah/akhir buku jadi B.
Sistem rating biasanya saya membandingkan buku yang baru saya baca dengan buku genre yang sama. Rating 5 artinya bagus banget dan recommended. Rating 4, bagus. Rating 3, lumayan. Rating 2, cukup. Rating 1, pengen lempar bukunya. Hihihi.
Q : Siapa sih penulis favorit mba Azia dan kenapa menyukainya?
A : Lumayan banyak. Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, Paulo Coelho, dan Jostein Gaarder. Karya-karya mereka tidak hanya memberikan kesan mendalam tapi mendorong saya untuk berbuat sesuatu, untuk lebih peka dengan kondisi sosial masyarakat, dan untuk tetap mengejar mimpi.
Q : Wah, saya belum selesai-selesai membaca bukunya Jostein Gaarder - Dunia Sophie *blushing*. Apakah buku pertama yang mba baca? dan bagaimanakah kesan setelah membaca buku tersebut?
A : Buku pertama..emmm apa ya.. mungkin novel Petualangan Lima Sekawan – Enid Bylton. Jujur, kesan detailnya sudah lupa. Hehehe. Cerita lima sekawan membuat saya ikut berkhayal bisa melakukan petualangan seperti mereka.
Q : Bener banget mba, petualangan lima sekawan selalu seru dan asyik untuk diikuti. Adakah tempat yang diceritakan di buku yang sangat ingin dikunjungi?
A : Banda Neira. Banda Neira menjadi setting novel "Mirah dari Banda"- Hana Rambe. Pertama-tama tertarik karena kota tersebut mempunyai nilai historis dalam sejarah Indonesia. Namun alam dan pemandangannya juga indah.
Selain innterview dengan Mba Azia, saya juga memiliki question of book (nyontek dari question of Lifenya Deddy Corbuzier, hehehe *betapa tak kreatifnya saya) mirip-mirip dengan Rapid Fire Question lah *nyengir.
- Film adaptasi atau bukunya? Buku
- Posisi baca favorit? Sambil tidur. Wkwkwk. *jangan ditiru ya
- Gratisan tapi bukunya nggak suka atau beli buku yang disuka? Beli buku yang disuka
- Tokoh yang paling memorable dibuku? Nyai Ontosoroh (Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer)
- Perpustakaan atau rental buku? Perpustakaan
- Jika hanya bisa membaca 1 buku, buku apa yang dibaca? Dunia Sophie – Jostein Gaarder
- Quote favorit? "Orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." - Pramoedya Ananta Toer.
- Deskripsikan mba azia dalam 5 kata. Pembaca yang suka memotret awan.
Terima kasih mba Azia atas waktunya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dan semoga mba Azia semakin sukses. Jangan lupa untuk berkunjung ke Guest Post lainnya ^^
Aku jadi kangen mau ke perpustakaan deh T.T
BalasHapusUdah pada sesepuh ya di dunia perbukuan, aku jadi minder *melipir
Chei, siapa yang sesepuh chei ? hihihi *celingak-celinguk
Hapus@book-admirer:
BalasHapusPerpustakaan juga kangen loh sama Zelie *apacoba*
@Azia:
Ooh, hometown-nya Azia juga ga ada toko buku toh. Dan Azia suka ke perpus juga ya. Wah, samaaa...kantorku juga dekat dengan perpustakaan. Toss dulu deh :D
@Cut Lilis:
"Wah, saya belum selesai-selesai membaca bukunya Jostein Gaarder - Dunia Sophie *blushing*"
Tetap semangat baca Dunia Sophie-nya ya ^_^
Aku juga butuh waktu lama untuk menamatkan Dunia Sophie. Kalau tidak salah sampai 2 tahun *tutupmukapakaibantal*
Kendalanya di kota kecil rata-rata tidak ada toko buku yang menjual buku bacaan. Jadi perpustakaan bisa mengambil peran yang lebih besar dalam menumbuhkan minat baca. ^^ *toss
HapusHuaaah keren Azia, masih suka nongkrong di perpus (dan bukan di obralan kayak aku hahaha). Selama ini aku selalu ngomel2 sih sama kondisi perpus dan jumlahnya yg masih sedikit di indonesia. tapi emang aku mengakui kalau aku juga bukan pengunjung perpus yg setia XD
BalasHapusHehehe..Mungkin itu salah satu faktor yang membuat orang jadi tidak tertarik. Kalau perpusnya keren bikin betah lama-lama.
HapusDi Indonesia perpus keren masih bisa dihitung pake jari, kalah sama toko buku keren *eh
BalasHapusBener banget ini mba.. :(
Hapus