Rabu, 03 September 2014

Tears in Heaven

Judul : TEARS IN HEAVEN
Penulis : Angelia Caroline
Penerbit : Gagas Media
ISBN : 979-780-661-8
346 halaman, cetakan ke 1, 2013
My Rating : 3/5
Pinjam dari Ertalin

Blurb :

Aku akan merindukanmu.

Tak sedetik pun hatiku luput dari denyut perih karena kehilanganmu.

Kau tinggal terlalu sebentar, pergi terlalu cepat. Seperti rahasia ilahi lainnya yang tak benar-benar kumengerti, terkadang aku bertanya-tanya mengapa Tuhan hanya memberi waktu sedikit untuk kita. Tapi aku tidak menyesalinya. Karena sejak awal pun aku tak pernah berusaha menghindari kebersamaan kita.

Aku akan merindukanmu.

Dan aku tahu, mulai hari ini, perasaan ini akan senantiasa menyiksaku. Tapi tak apa, sungguh tak apa. Sakitnya masih tak seberapa... ketimbang harus melupakanmu.
Sudah sangat lama saya ingin membaca novel ini. Saya tertarik karena covernya yang bagus dan blurb nya yang agak sendu. Tapi saya selalu batal membeli dan ketika saya main-main ke blog nya Erta yang sedang mereview novel ini saya pun langsung minta pinjam, hihihi.

Awalnya saya menyukai Tears in Heaven. Alur dan cara penulis bercerita yang sangat rapi membuat saya sangat menikmatinya (dan dapat menunda kantuk saya, karena bacanya udah hampir tengah malam). Tetapi ada beberapa scene yang kurang sreg menurut saya. Misalnya, ketika Nathan yang memiliki kanker myeloid akut dan sedang menjalani proses kemoterapi masih bisa bermain basket selama 2 jam tanpa henti, menguras energi sampai batas maksimum (p. 321) ataukah sebagian penderita kanker memang bisa? saya memiliki sahabat, seorang penderita kanker dan juga melewati masa kemoterapi, tetapi kehidupannya tidak lagi sama. Dulu dia sangat suka bermain sepak bola dan setelah kanker menggerogotinya, membaca buku saja dia harus melalui usaha ekstra apalagi untuk berolahraga *maaf, saya malah curhat :( . Saya juga agak merasa penulis terlalu memaksakan sosok Kayla. Saya mulai merasa keanehan sosok Kayla di bab-bab terakhir (saya agak kurang menyukainya) dan orang-orang yang terpilih yang dapat melihat kemunculannya. Saya bertanya-tanya mengapa adiknya sendiri tidak dapat melihat Kayla?

Tania adalah tokoh favorit saya di sini. Saya suka dengan keputusannya tetap menjadi sahabat Nathan setelah Tania jujur dengan perasaannya dan Tania benar-benar menjadi sahabat yang dapat diandalkan. 

"Somewhere, somehow, I believe there's somebody for everyone." (p. 317)

"Anthony, kadang kala semua hal memang tak berjalan sesuai harapan kita. Tapi, percayalah, aku tidak pernah menyesali apa yang pernah kita miliki. Aku yakin, Nathan juga begitu, kata Julia tulus." (p. 338)


1 komentar:

  1. Tema sakit memang bisa mengharukan. tapi bisa juga mengherankan dengan keanehan yang tadi disebutkan. Mungkin penulis nggak melakukan riset yang mendalam

    BalasHapus

Review Buku di purplebookish.com merupakan pendapat pribadi yang berdasarkan penilaian subjektif terhadap buku yang saya baca. Begitu pula dengan postingan non review yang juga bersifat opini pribadi.

Purplebookish.com tidak memaksakan pembaca untuk setuju dengan semua tulisan yang dipublish. Jika ada yang ingin disampaikan atau berpendapat lain sila menulis di kolom komentar dengan bahasa yang sopan :)

P.s Saya akan menghapus komentar yang tidak berkaitan dengan postingan blog dan spam.

Mohon untuk tidak menyadur/mengcopy sebagian atau seluruh isi blog tanpa ijin :)

Terima Kasih :)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...