Selasa, 30 Desember 2014

Walking After You

Judul : WALKING AFTER YOU
Penulis :Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas Media
ISBN : 979-780-772-X
320 halaman, cetakan ke 1, 2014
My Rating : 5/5

Blurb :

Masa lalu akan tetap ada. Kau tidak perlu terlalu lama terjebak di dalamnya.

Pada kisah ini, kau akan bertemu An. Perempuan dengan tawa renyah itu sudah lama tak bisa keluar dari masa lalu. Ia menyimpan rindu, yang membuatnya semakin kehilangan tawa setiap waktu. Membuatnya menyalahkan doa-doa yang terbang ke langit. Doa-doa yang lupa kembali kepadanya.

An tahu, seharusnya ia tinggalkan kisah sedih itu berhari-hari lalu. Namun, ia masih saja di tempat yang sama. Bersama impian yang tak bisa ia jalani sendiri, tetapi tak bisa pula ia lepaskan.

Pernahkan kau merasa seperti itu? Tak bisa menyalahkan siapa-siapa, kecuali hatimu yang tak lagi bahagia. Pernahkah kau merasa seperti itu? Saat cinta menyapa, kau memilih berpaling karena terlalu takut bertemu luka.

Mungkin, kisah An seperti kisahmu.

Diam-diam, doa yang sama masih kau tunggu.

"Namun, sekuat apapun aku mencoba berbeda, aku dan Arlet tetap memiliki begitu banyak persamaan. Ada hal-hal yang tidak bisa diubah. Aku tidak bisa lepas dari dapur seperti Arlet tidak akan pernah berhenti membuat kue, tidak pula sanggup hidup di tengah hiruk-pikuk jakarta yang kacau." (p.79)
An dan Arlet kembar identik, memiliki banyak persamaan dan sama-sama menyukai dunia memasak. An, jatuh hati pada masakan italia dan Arlet tertarik pada kue perancis. Mereka berbagi impian yang sama, membuka trattoria milik mereka sendiri, bekerja di dapur yang sama hingga tanpa sadar menyukai lelaki yang sama.

Arlet menyukai lelaki ditempat mereka bekerja dan An ternyata juga memiliki perasaan yang sama hingga akhirnya lelaki itu, Jinendra memilih An untuk bersamanya. Mereka menjalani kisah cinta mereka tanpa sepengetahuan Arlet.
Aku menghela napas. Kutatap lekat-lekat sepasang mata biru keabu-abuan milik lawan bicaraku. kemudian, jawabku, 'Arlet masih menyukaimu Jinendra. Aku tidak mau dia terluka.'
'Kau tidak tahu betapa frustasinya aku dengan situasi ini. Aku bukan kriminalis, An. Jangan membuatku merasa seperti itu. Aku benci menciummu sembunyi-sembunyi begini,' katanya. 
Dan Arlet benar-benar terluka ketika mengetahui apa yang telah dilakukan An dengan Jenindra. Arlet merasa kecewa, sakit hati dan marah. Kejadian itu membuat An dan Arlet berpisah. Meninggalkan An dengan sejuta penyesalan juga permintaan maaf yang belum sempat terucap.
Dan, ternyata, ini sama sekali tidak mudah. kesendirian ini menyesakkan, membuatku teringat pada hal-hal buruk, juga pada hal-hal berharga yang telah hilang karena kesalahanku dua tahun yang lalu pada hari yang sama. (P.139)
An yang merasa bersalah kepada Arlet berusaha menebus kesalahannya dengan mewujudkan mimpi Arlet untuk bekerja di toko kue. An bahkan kursus membuat kue dan meninggalkan kegemarannya memasak makanan italia dan mimpinya tentang trattoria. Kafe Afternoon Tea milik Galuh, sepupunya menjadi pilihan An. Dengan bantuan Galuh, An menjadi Asisten Julian, koki di Afternoon Tea, Tuan amat-terlalu-kelewat-serius. Julian yang perfeksionis merasa keberadaan An hanya bikin kacau dapur, wilayah sakralnya. Julian juga agak jutek walau terkadang perlakuannya manis. Dan bergulirlah hari-hari An di Afternoon Tea dengan segala kekacauan yang ditimbulkannya. Afternoon Tea juga yang membawa An bertemu dengan Ayu, gadis yang dipercaya sebagai pembawa hujan. An merasa Ayu seperti bayangannya dengan segala kemuraman. Mampukah An, bangkit dari segala penyesalan masa lalunya, ketika Jinendra kembali hadir. Disatu sisi An sangat merindukan lelaki itu, dilain sisi An merasa bersalah pada Arlet. Belum lagi Julian yang perlahan membuatnya nyaman, seperti menemukan Arlet.

source
Saya masih belum bisa move on dari Walking After You!!!

Saya menyelesaikan novel ini dalam waktu 3 jam dan berakhir dengan mewek. Mba Windry membuat saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya dapat merasakan kesedihan dan rasa bersalah An. Saya menyukai Arlet dengan semua hal manis yang ada padanya, saya menyukai dan sekaligus bersimpati pada Jinendra, saya menyukai Afternoon Tea, Galuh juga Gen, si penghias kue-kue cantik dan..dan..dan... saya menyukai, sangaaatt menyukai Julian dengan segala keperfeksionisnya dan keseriusannya yang sangat amat terlalu. Saya ikut senyum-senyum melihat Julian yang merajuk dan senyum salah tingkah dengan muka memerahnya. Ah, saya suka semua yang ada pada Julian (membuat saya kangen Simon).

Kisah yang terjadi di kehidupan An dan Afternoon Tea mengajarkan saya banyak hal. Melalui An, saya juga belajar bagaimana berdamai dengan masa lalu, yang memang kelihatan susah dilakukan tapi akan berhasil jika kita dapat nemerimanya, bukan melalukan pelarian dan berusaha melupakannya. Berdamai dengan masa lalu dan memaafkan diri sendiri itu penting, membuat hidup kita selanjutnya lebih berarti dan bermakna. Membuat kita lebih hidup. Bukankah setelah hujan akan muncul pelangi?

Membaca novel ini membuat saya lapar dan ingin ikut mencicipi kue-kue Julian, saya ingin juga merasakan souffle dan tiramisu buatan Julian yang membuat An ketagihan. Ingin juga merasakan farfalle al salmon ala An yang menjadi kelemahan Julian. Setiap lembaran novel ini berisi aroma kue-kue yang membuat perut berbunyi sangat tercium dan harum, perasaan An, perlakuan Julian, masa lalu, Arlet, Jenindra semua berbaur menimbulkan kesan yang sangat mendalam. Saya amat terlalu suka hingga saya sulit mendeskripsikannya, membuat saya ketagihan dan berharap kisah mereka tidak berakhir.

Saya juga penasaran apa yang selanjutnya terjadi dengan Ayu, sebenarnya kemanakah Gilang? saya ingin sekali membaca kisah mereka berdua. Kisah mereka menimbulkan tanda tanya sendiri bagi saya, jangan membuat saya penasaran Mba, hehehe

"Itu masa lalu. jangan terjebak didalamnya terlalu lama." (Julian, p.275)

Galuh benar. Untuk melepaskan masa lalu, yang harus kulakukan bukan melupakannya, melainkan menerimanya. Dengan menerima, aku punya kesempatan  untuk belajar memaafkan diri sendiri. Aku tidak berkata  ini mudah. Dan, ini akan butuh waktu. Tetapi, pada saatnya nanti, aku akan terbebas dari semua beban yang menekanku selama ini. (p.293)


maafkan tulisan yang agak panjang ini :)
P.s terimakasih mak put yang telah mengenalkan saya pada karya-karyanya Windry Ramadhina dan membuat saya ketagihan membaca.


8 komentar:

  1. Belum pernah baca bukunya Windry Ramadina. Tahun ini mau beli ah

    BalasHapus
  2. Ayo baca Memori. Lebih bagus dari WAY menurutku

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah mbak tapi blm sempat di review, hihihi *tutupmuka*

      Hapus
  3. Saya mengacungi jempol atas kecepatan mbak dalam membaca. 3 jam untuk novel setebal 300+ itu sangat luar biasa. saya menyukai cara mbak menulis review. menceritakan dengan jelas tapi tidak spoiler

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe kalau baca buku yang disukai apalagi dari penulis favorit pasti bakalan cepat selesainya padahal pengen banget kisahnya nggak selesai-selesai #dikeplak penulis

      btw terimakasih telah berkunjung dan salam kenal :)

      Hapus
  4. kakak keren banget reviewnyaaaaa >_<
    quotes yang dipasang di reviewnya juga pas menggambarkan poin pentingnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih sudah berkunjung dan salam kenal Dias. Kamu sudah baca WAY juga? :)

      Hapus

Review Buku di purplebookish.com merupakan pendapat pribadi yang berdasarkan penilaian subjektif terhadap buku yang saya baca. Begitu pula dengan postingan non review yang juga bersifat opini pribadi.

Purplebookish.com tidak memaksakan pembaca untuk setuju dengan semua tulisan yang dipublish. Jika ada yang ingin disampaikan atau berpendapat lain sila menulis di kolom komentar dengan bahasa yang sopan :)

P.s Saya akan menghapus komentar yang tidak berkaitan dengan postingan blog dan spam.

Mohon untuk tidak menyadur/mengcopy sebagian atau seluruh isi blog tanpa ijin :)

Terima Kasih :)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...