Pada postingan playing around with romance kali ini saya akan membahas tentang ekranisasi Tenggelamnya kapal Van Der Wijck (mungkin ini lebih ke curcol).
![]() |
credit to Mak Put |
Seperti yang pernah saya tulis disini, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah buku roman pertama yang saya baca dan ketika buku ini diadaptasi ke layar lebar, saya tidak sabar untuk menontonnya (walau kebanyakan berakhir kecewa ketika saya menonton adaptasi film-film indonesia).

Lamaran Zainuddin ditolak keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz, laki-laki kaya berbangsa yang ingin menyuntingnya. Perkawinan harta dan kecantikan mematahkan cinta suci anak manusia. Zainuddin pun memutuskan untuk berjuang, pergi dari ranah minang dan merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal dengan karya-karya mashyur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Tetapi sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalam sebuah pertunjukan opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz, suaminya. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta suci yang tak lekang waktu. Pada akhirnya kisah cinta Zainuddin dan Hayati menemui ujian terberatnya, dalam sebuah tragedi pelayaran kapal Van Der Wijck. (via cineplex21)
Buku dan Filmnya memiliki perbedaan yang tidak terlalu mempengaruhi jalan cerita, tetapi ada beberapa adegan yang membuat saya mengerutkan kening, yaitu
- Logat dan cara bicara Zainuddin yang terkesan agak lebay sih (tapi saya nggak tau juga apakah itu memang logat dari Batipuh)
- Penampilan Hayati di Batavia
- Ketika adegan hayati menerima kalung dari Aziz, saya kok berfikir si hayati ini beneran material girl (dikeplak)
- Adegan yang paling membuat saya agak merasa, euuuhhh adalah
Ketika Hayati tenggelam dan dalam gerakan slow motion, Hayati masih sempat buat mandangin foto Zainuddin. Itu Foto dia bawa-bawa terus? Terus adegan tenggelamnya cantik banget. Mungkin maksud adegan tersebut adalah tenggelam dengan indah. Tapi kalau tenggelamkan, harusnya panik (jadi ingat pas saya tenggelam dulu. Boro-bro liat poto, bernafas aja susah -__-). Dan saya agak merasa Zainuddin ini keterlaluan dengan dendamannya yang secara lebay menumpahkan segala perasaannya kepada Hayati. Okelah mungkin dibuku, kata-kata Zainuddin tidak terlalu mengganggu. tapi ketika di film saya sampai geleng-geleng kepala. Zainuddin sungguh berapi-api.
![]() |
source |
Perbedaan ending juga terjadi di film ini. Seingat saya di buku, Zainuddin akhirnya menyusul Hayati tapi di film hal ini tidak dijelaskan secara lebih rinci. Di Film kisah mereka berakhir dengan Zainuddin membangun Panti Asuhan.
Untuk para pemainnya saya tidak terlalu keberatan dengan pemilihan Herjunot Ali sebagai Zainuddin dan Reza Rahardian sebagai Aziz. Malah saya lebih menyukai Aziz di film ini daripada Zainuddin sendiri (ketauan banget fansnya Reza Rahardian). Tapi saya agak kurang sreg dengan Hayati yang diperankan oleh Pevita Pearce. Saya merasa Hayati di film keliatan lebih cengeng dan flat.
Trailer Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Original Soundtrack by Nidji
Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pemain : Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Rahardian
Sutradara : Sunil Soraya
Penulis : Donny Dhirgantoro, Imam Tantowi, Riheam Junianti, Sunil Soraya, Hamka
Durasi : 165 menit
Tanggal Rils : 19 Desember 2013
Penghargaan :
2014
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Film TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Pemeran Utama Pria TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Herjunot Ali
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Pemeran Utama Wanita TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Pevita Pearce
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Pemeran Pembantu Pria TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Reza Rahadian Matulessy
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Sutradara TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Sunil Soraya
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Penulis Skenario TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Donny Dhirgantoro
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Editor TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Sastha Sunu
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Penata Kamera TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Yudi Datau
Unggulan di Festival Film Bandung, Indonesia
Kategori: Penata Artistik TerpujiPenghargaan: Penghargaan Festival Film Bandung
Penerima: Samuel Wattimena
via filmindonesia.or.id
Akhir2 ini jadi suka film sejarah. Exodus: God and King ud nntn blm Mbakkk? Salahfokus#
BalasHapusbtw kyknya film ni menarik sih:D bakal aku donlot trus nnton deh hhahaha
aku udah nonton sih film itu tapi nggak terlalu suka soalnya bikin ngantuk, hahahaha :D
HapusAku nonton film ini karena booming banget ada di TL twitter dan rekomendasi temen yang katanya bagus. Tapi menurut ku film ini lumayan not best but ngga sejelek itu. Menikmati ceritanya walau ngga excited.
BalasHapus