Sutradara : Hestu Saputra
Penulis : Rahabi Mandra, Titien Wattimena, Lintang Pramudya
Pemain : Dewi Sandra, Richard Kevin, Morgan Oey
Tanggal rilis : 22 Oktober 2015
Durasi : 119 Menit
Genre : Drama | Romance
Diadaptasi dari Novel Air Mata Tuhan
Jika Air Mata adalah kunciku untuk membuka pintu surga. maka izinkanlah aku untuk menangis...
Film ini bercerita tentang perjuangan seorang perempuan dalam mempertahankan cintanya sampai akhir hayat. Fikri, Dokter Ahli Desain sekaligus lulusan Maha Santri di Jakarta, menikahi Fisha, mahasiswi S-2 dari Yogyakarta yang belum lama dikenalnya. Bagi Fikri, Fisha adalah “ranting terindah” yang pernah dia temui dalam belantara kehidupan ini, sehingga dia tidak perlu menunggu lama-lama. Padahal Hamzah, teman Fisha sejak kecil, sudah lama menaruh hati pada Fisha. Bahkan Bunda (ibu Fisha) dan Weni (sahabat Fisha) juga mendukung kedekatan mereka. Tapi Fisha menganggap Hamzah seperti kakaknya sendiri. Mustahil baginya untuk bisa memiliki perasaan lebih dari itu.
Namun hubungan Fisha dengan Halimah (ibu Fikri) kurang harmonis. Sudah lama Halimah menjodohkan Fikri dengan anak dari sahabat almarhum suaminya. Takdir berkata lain, malang tak dapat ditolak, Fisha mengalami keguguran sampai dua kali. Fisha sangat sedih dan terpukul. Fikri tidak pernah menyalahkan Fisha sedikit pun atas segala musibah yang terjadi.
Saat Fikri ada bisnis di luar kota, Fisha mengalami kesakitan yang luar biasa di perutnya. Dokter memberikan diagnosa bahwa Fisha terkena kanker rahim stadium akhir. Itulah mengapa dia sangat sulit hamil selama ini. Mengetahui bahwa waktunya tidak banyak lagi dan tidak akan bisa punya anak, Fisha mengambil langkah pengorbanan yang luar biasa sebagai seorang istri. Pengorbanan yang membuktikan bahwa cinta sejati itu hadir dalam hati seorang wanita. (via Cinema21)
“Karena aku wanita, aku sanggup menghadapinya”.
Saya menonton film ini tanpa ekspektasi apa-apa, hanya untuk menemani teman saya yang dinas ke Medan dan ingin menonton film di bioskop dan pilihannya jatuh pada Air Mata Surga. Saya baru tau kalau film ini adalah adaptasi dari buku Air Mata Tuhan yang ditulis oleh Aguk Irawan M.N. Mungkin perubahan judul film dikarenakan kata surga sedang hits atau menjawab film surga sebelumnya.
Menurut saya film ini tidak membuat saya takjub karena seperti film indonesia yang sudah pernah saya tonton, saya selalu kurang nyaman dengan dubbing, agak kurang halus. Penempatan iklan sponsor yang agak menggangu dan adegan yang agak didramatisir. Soal adegan saya bingung dengan pemilihan jembatan gantung sebagai tempat Fisha dan Fikri berdiskusi tentang tesisnya Fisha. Katanya lulusan Maha Santri, tapi kok memilih tempat sepi dan berduaan. Saya juga awalnya agak aneh dengan Dewi Sandra saat memerankan Fisha ketika menjadi mahasiswi. Terlalu dipaksakan untuk ceria dan energik.
source |
Film ini membuat saya berfikir bahwa setiap keluarga kaya tidak akan mau memiliki menantu dari keluarga yang biasa saja. Padahal tidak semua seperti itu. Saya juga berdoa seandainya saya menikah nanti, semoga saya memiliki ibu mertua yang menyayangi saya. Saya juga bertanya apakah setiap pernikahan memiliki anak adalah hal yang paling utama? apakah jika belum dikarunia anak merupakan hal yang buruk? karena anak adalah pemberian Tuhan dan hanya Tuhan yang berhak untuk memberikan atau tidak.
Tapi saya salut dengan keputusan Fisha terhadap rumah tangganya. Walau awalnya Fikri menolak dan menyatakan bahwa mereka akan bahagia walau hanya berdua dan tanpa anak. Saya bisa melihat besarnya cinta Fikri terhadap istrinya. Di film juga tidak ada kelanjutan bagaimana nasib Weni dan Fikri setelah Fisha pergi.
hahahahah..
BalasHapusfilm yang kita tertawakan setelah nya yaaa...
Yang penuh pertanyaan ya... :p
Hapusasliiiiiiii..hahahaha
Hapus