Penulis : Windry Ramadhina
Penerbit : Gagas media
ISBN : 979-780-843-2
378 halaman, cetakan ke I, 2015
My Rating : 3/5
Blurb
Tuhan. Semoga apa yang ditakutkan olehnya tidak sungguh-sungguh terjadi. (P. 92)
Samuel Hardi, pria anti komitmen, sinis dan arogan. Baginya wanita hanya sebatas teman kencan dan tidak dalam waktu yang lama. Menurutnya komitmen adalah penyakit. Pernikahan akan menghilangkan kebebasan dan keasyikan. Samuel memiliki studio film sendiri dan sering menjadi langganan berbagai penghargaan internasional. Studio filmnya juga sering menjadi partner National Geographic. Sama seperti Samuel, Lana Lituhayu Hart bergelut di dunia perfilman dokumenter sebagai produser tetap di National Geographic Channel. Seorang traveler, pintar, cantik dan berbakat.
Mereka bertemu tujuh tahun lalu di Prancis pada salah satu malam Festival de Cannes. Setelah itu mereka bertemu lagi di kantornya Lana dan berakhir di apartemen Lana. Mereka menjalin hubungan tanpa ikatan karena Lana juga tidak percaya pada pernikahan. Pertemuan mereka tidak pernah lama, hanya satu-dua minggu atau bahkan beberapa hari. Setelah itu mereka kembali berpisah untuk jeda yang panjang dan tak tentu. Dalam jeda yang panjang dan tak tentu itu, ada perempuan-perempuan lain bagi Samuel. Tapi perempuan lain itu tidak ada yang seperti Lana. Lana berbeda. Perempuan itu tidak pernah membuatnya bosan.
Selama ini Samuel nyaman dengan hubungan tanpa ikatannya bersama Lana, hingga hal yang ditakutkan Lana (dan Samuel) pun terjadi. Hal yang selama ini menjadi alasan Lana untuk tidak terlibat dalam pernikahan. Hal yang dianggapnya dapat menahan langkahnya untuk berpetualangan, untuk menyerah terhadap impiannya dan Lana tidak mau menjadi perempuan yang berkorban demi suami dan keluarga seperti ibunya.
"Ah, tidak juga. Aku tahu cepat atau lambat itu akan terjadi. kau tahu sendiri gaya hubungan mereka." (Rayyi, P.201)
Saya termasuk pembaca buku-bukunya Mba Windry dan tanpa pikir panjang ketika buku ini dirilis saya langsung mengikuti PO. Sebelumnya saya sudah mengintip blognya mba Windry untuk berkenalan dengan Last Forever dan begitu bukunya sudah sampai ditangan, saya tidak sabar untuk segera menamatkannya.
Kavernya simple tapi terkesan dewasa walau menurut saya biasa-biasa saja, seperti desain undangan pernikahan. Buku ini juga memiliki halaman yang lebih tebal dari buku-buku mba Windry sebelumnya dengan ukuran font yang juga jauh lebih kecil. Ceritanya
memang mainstream dan ketebak. Agak kaget juga di buku ini mba Windry lebih terbuka untuk mengeksplore hubungan laki-laki dan perempuan, tapi seperti biasa tulisannya mba Windry
enak buat dibaca walau saya sempat merasa bosan. Termasuk waktu terlama untuk
namatin buku mba Windry yang biasanya langsung selesai.
Samuel dan Lana bukan tokoh favorit saya. Samuel yang anti komitmen, menganggap perempuan hanya untuk teman kencan tidak membuat saya tertarik. Saya tidak menyukai lelaki yang tidak sanggup berkomitmen apapun alasannya. Karena lelaki yang berani berkomitmen akan jauh lebih baik walau fisiknya tidak semenarik Samuel #curhat. Tapi saya salut dengan Samuel yang mulai berpikir ulang tentang 'hubungan tanpa ikatan' ketika realita menuntutnya untuk menjadi lelaki dewasa yang bertanggung jawab, walau sulit Samuel mampu membuang prinsip yang selama ini dianutnya. Dan Lana bagi saya wanita yang terlalu keras kepala bahkan disaat yang tidak tepat, ya saya ngerti sifat keras kepalanyalah yang membuat Samuel tertarik. Tapi ya liat-liat sikon juga, sudah kepala tiga tapi kok tidak bisa mengendalikan diri dengan baik. Terkadang saya gemes dengan keputusan yang diambil Lana, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain bahkan demi kebaikannya sendiri. Disini saya malah suka dengan Rayyi, interaksinya dengan Samuel juga menarik untuk diikuti. Sepanjang perjalanan membaca, saya selalu menunggu kehadiran Rayyi, hehehe.
![]() |
via ig @beingfaye |
Walau bukan buku favorit saya, tapi buku ini membuat saya belajar banyak. Bahwa pernikahan bukan tentang siapa yang berkorban untuk siapa, bukan tentang melepaskan kehidupan demi cinta. Hubungan lelaki dan perempuan lebih penting dari itu. Pernikahan adalah tentang dua orang yang berani menjalani komitmen, saling memiliki dan melawan ego. Ah, saya suka dengan ilustasri yang diselipkan oleh mba Windry di buku :)
"Aku punya ketakutan yang sama. Aku takut apa yang kau khawatirkan benar-benar terjadi---aku akan menyakitimu dan membuatmu menyesal hidup bersamaku. Kau benar. Aku tidak bisa menjamin apa-apa. Aku memang bukan lelaki paling ideal untuk dinikahi. Seharusnya, aku tidak boleh mengharapkanmu. Seharusnya, aku tahu diri. Tapi, Lana..., ketakutanku yang paling besar adalah... aku kehilangan dirimu pada saat aku punya kesempatan memilikimu." (P.357)
ga sabarrrrr tunggu bukunyaaaa...
BalasHapuslissss,,blog review sebelah ngasih 5,,kok ente cm 3?
BalasHapusMasalah selera kali ya, hehehehe..
Hapushahahaha..
Hapus