Rabu, 20 Januari 2016

Catatan Mantan Teller Bank yang Katanya Bikin Teler

Judul : TELLER SAMPAI TELER
Penulis : @ferhatmuchtar
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786020248493
184 halaman, cetakan ke I, 2014
My Rating : 2/5

Blurb



Menjadi frontliner di sebuah bank sangat kaya dengan suka dan duka. Banyak kejadian yang membuat kita menahan senyum, tapi ada kalanya kita dibuat ikut bersimpati. Tulisan ini mengajak kita memahami dunia bank, khususnya dunia teller.

Editor's Note
Diceritakan dengan gaya ringan dan jenaka, menjadikan buku ini sebagai bacaan ringan yang menginspirasi.
Awalnya saya kira Teller sampai Teler adalah buku humor semacam Stupid Boss atau Relationshitnya Alit. Eh ternyata dari penerbit, buku ini dikategorikan sebagai novel (mengacu pada keterangan di bagian belakang buku). Ya nggak masalah sih sebenarnya #plak.

Saya juga mengira buku ini penuh dengan tingkah nasabah yang katanya bikin penulis teler, tetapi kebanyakan isi buku tentang penulis dan kejadian di kantor maupun dengan rekan kerja. Buku ini terdiri dari 17 bab dan hanya beberapa bab yang berkaitan dengan nasabah. Mungkin saja saya yang gagal fokus memahami blurb yang diberikan.


Untuk penulisan saya agak kurang suka dengan cara menulis easy going ala blog seperti ini. Kalau untuk sebuah postingan blog sih mungkin masih menarik atau pada saat membaca umur saya belum setua sekarang bisa saja saya menyukainya (ini masalah selera saja sih sebenarnya) ah iya, karena ini ditujukan untuk pembaca di Indonesia ada baiknya bahasa-bahasa daerah (baik itu bahasa daerah yang gaul) diberikan keterangan atau dimanilisir saja. Seperti, cengkonek, sundek, greh groh dsbnya. Saya sampai nanya ke teman saya yang berasal dari Jawa apakah tau arti kata tersebut atau pernah mendengarnya dan jawabannya tidak.

Saya juga kurang nyaman dengan penulis yang terlalu banyak memberi humor dengan sisi negatif kalau nggak bisa disebut cenderung kasar (agak susah sih menjelaskannya) dan menurut saya jadi nggak lucu. Hal yang bikin senyum adalah ketika penulis dan temannya ketakutan pada bab hotel hantu. Saya jadi ingat dengan buku-buku nya Raditya Dika yang kadar humornya pas tapi tidak menganalogikan orang lain dengan hal-hal yang saya ngerti sih maksudnya agar tulisannya nggak ngebosenin tapi bagi saya pribadi agak gimana bacanya. Sebagai contoh, penulis menggambarkan seorang kakek yang nyebelin dengan mukanya kenceng kayak gardu tegangan listrik atau tulisannya keriting mirip cakaran ayam kena kusta, ah kasihan sekali si ayam ini. Gambaran-gambaran sejenis banyak saya temui di buku dan cukup ganggu. Buku inipun banyak berisi keluhan penulis pada bosnya, tempat kerja maupun rekan kerja. Pada bagian ini saya juga kembali teringat dengan mbak Kerani penulis Stupid Boss tapi dengan pengalaman baca yang berbeda. Saya juga menemukan typo yang lumayan, kalimat yang tidak ada spasi, pengulangan yang sebenarnya tidak penting dan terkadang penulis tidak konsisten.

bete atau senang sih?

Buku ini lumayan oke sih menurut saya, tapi (maaf) bukan selera saya. Mungkin saja segmen pembaca buku ini adalah anak muda gaul dan easy going, bukan saya yang rempong ini #ditimpuk. Btw saya suka covernya.

8 komentar:

  1. wah, kayaknya bukunya kurang sesuai dengan dugaan awal :\
    kirain bakal banyak bahas soal dunia per-teller-an bank, tapi kayaknya tidak, yah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, aku juga mikir buku ini bakal lucu ala ala stupid boss, tapi ternyata ekspektasiku yang ketinggian soalnya cover bukunya bagus.

      Tapi coba baca aja, mungkin hasilnya akan berbeda :)

      Hapus
  2. *pukpuk si ayam*

    Jadi penasaran si penulis ini sebenarnya dari mana ya? Kok dia familiar dengan istilah sundek, cengkonek,dan greh groh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi pengen makan ayam, hihihi :D

      Penulisnya dari Aceh mak :p

      Hapus
  3. lilizzzzzz, lama ga kemari, eh udah ganti nama domain ajah! kerennnn *OOT* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha... Iya kak, padahal udah lama gantinya habis dari konsul sama kk waktu itu loohh :D

      Hapus
  4. Udah pernah ngetag ke bg ferhat tentang review bukunya? supaya buku selanjutnya bisa lebih baik lagi. Tapi kita perlu mengapresiasi untuk tulisannya juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jarang dan bahkan hampir nggak pernah ngetag penulis yang bukunya saya review atau saya baca. Penulis bisa baca review buku mereka di goodreads atau BW :)

      Btw terima kasih sudah berkunjung :)

      Hapus

Review Buku di purplebookish.com merupakan pendapat pribadi yang berdasarkan penilaian subjektif terhadap buku yang saya baca. Begitu pula dengan postingan non review yang juga bersifat opini pribadi.

Purplebookish.com tidak memaksakan pembaca untuk setuju dengan semua tulisan yang dipublish. Jika ada yang ingin disampaikan atau berpendapat lain sila menulis di kolom komentar dengan bahasa yang sopan :)

P.s Saya akan menghapus komentar yang tidak berkaitan dengan postingan blog dan spam.

Mohon untuk tidak menyadur/mengcopy sebagian atau seluruh isi blog tanpa ijin :)

Terima Kasih :)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...