Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786020270050
330 halaman, cetakan ke I, 2015
My Rating : 2/5
Blurb
Buku pertama Indah Hanaco yang saya baca. Temanya klasik sih tentang gadis kaya yang hidupnya suka-suka terus dijodohin sama laki-laki baik nan mapan plus ganteng (tapi memiliki sedikit masa lalu yang kurang menyenangkan).
Saya tidak terlalu mempermasalahkan ide cerita buku ini yang penting menurutku gimana isi bukunya. Tulisannya mba Indah masih tergolong enak dibaca bagiku tapi ada beberapa bagian yang tidak berdampak apa-apa selain datar dan bosen trus sesekali geregetan dengan tokohnya (beberapa bagian ada yang saya skip).
Sedikit curhat, akhir-akhir ini saya sering membaca buku yang selalu ada kata "cerai" padahal masalah yang dilalui menurutku tidak seberat cerita sinetron yang beribu-ribu episode #dikeplak. Inanna ini mikir gak sih walaupun pernikahannya dijodohkan tetap saja cerai bukan hal yang bisa diputuskan seenaknya ketika ada masalah. Kabur kerumah orang tua juga bukan solusi. Lagian si Inanna ini seperti kurang bersyukur punya suami seperti Alistair. Inanna juga tidak menghargai usaha suaminya. Alistair berusaha menjelaskan dengan berbagai cara, memperbaiki kesalahannya, tapi tetep ajaaaaaaa keukeuh, jadinya menderita sendiri trus mewek *rollingeyes*.Lagian kalau sudah nikah itu suami dan istri harus saling menguatkan dan mengingatkan. Trus papanya Inanna juga terlalu ikut campur. Memutuskan menikahkan anak gadisnya berarti melimpahkan tanggung jawabnya kepada si suami. Tanggung jawab seorang ayah kepada anak gadisnya sudah diambil alih oleh suaminya. Kalau masih mau ikut campur ya ngapain kemarin itu dijodohkan. Maunya si Papa ini memberikan saran dan solusi bukan ikut-ikutan marah dan nyuruh cerai yang alasannya karena pernikahan mereka masih berjalan beberapa bulan. Untung deh dapat menantu berbakti model lempem seperti si Alistair.
Saya suka sama usaha Alistair membahagiakan istrinya yang rada nyebelin buat saya karena suka mikir-mikir negatif dan ngambil kesimpulan sendiri. Saya juga agak kurang suka sama genknya Inanna yang rempong banget urusin kehidupan orang lain. Mereka seenaknya saja memutuskan bagaimana cara Inanna hidup dan bahagia #sahabat macam apa itu? Inanna juga lapang dada ketika sahabatnya memanggil Alistair dengan Alibaba #tepok jidat.
Buku ini mengajarkan saya bahwa menikah itu harus siap dengan kondisi masa lalu suami, melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang dan tidak mengambil keputusan secara tergesa yang mengakibatkan diri sendiri menderita.
Saya tidak terlalu mempermasalahkan ide cerita buku ini yang penting menurutku gimana isi bukunya. Tulisannya mba Indah masih tergolong enak dibaca bagiku tapi ada beberapa bagian yang tidak berdampak apa-apa selain datar dan bosen trus sesekali geregetan dengan tokohnya (beberapa bagian ada yang saya skip).
Sedikit curhat, akhir-akhir ini saya sering membaca buku yang selalu ada kata "cerai" padahal masalah yang dilalui menurutku tidak seberat cerita sinetron yang beribu-ribu episode #dikeplak. Inanna ini mikir gak sih walaupun pernikahannya dijodohkan tetap saja cerai bukan hal yang bisa diputuskan seenaknya ketika ada masalah. Kabur kerumah orang tua juga bukan solusi. Lagian si Inanna ini seperti kurang bersyukur punya suami seperti Alistair. Inanna juga tidak menghargai usaha suaminya. Alistair berusaha menjelaskan dengan berbagai cara, memperbaiki kesalahannya, tapi tetep ajaaaaaaa keukeuh, jadinya menderita sendiri trus mewek *rollingeyes*.Lagian kalau sudah nikah itu suami dan istri harus saling menguatkan dan mengingatkan. Trus papanya Inanna juga terlalu ikut campur. Memutuskan menikahkan anak gadisnya berarti melimpahkan tanggung jawabnya kepada si suami. Tanggung jawab seorang ayah kepada anak gadisnya sudah diambil alih oleh suaminya. Kalau masih mau ikut campur ya ngapain kemarin itu dijodohkan. Maunya si Papa ini memberikan saran dan solusi bukan ikut-ikutan marah dan nyuruh cerai yang alasannya karena pernikahan mereka masih berjalan beberapa bulan. Untung deh dapat menantu berbakti model lempem seperti si Alistair.
Saya suka sama usaha Alistair membahagiakan istrinya yang rada nyebelin buat saya karena suka mikir-mikir negatif dan ngambil kesimpulan sendiri. Saya juga agak kurang suka sama genknya Inanna yang rempong banget urusin kehidupan orang lain. Mereka seenaknya saja memutuskan bagaimana cara Inanna hidup dan bahagia #sahabat macam apa itu? Inanna juga lapang dada ketika sahabatnya memanggil Alistair dengan Alibaba #tepok jidat.
Buku ini mengajarkan saya bahwa menikah itu harus siap dengan kondisi masa lalu suami, melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang dan tidak mengambil keputusan secara tergesa yang mengakibatkan diri sendiri menderita.
kok mendadak seperti baca curhatan ya pas baca paragraf terakhir *siul-siul*
BalasHapusHahahaha... curcol mak... curcollll :p
Hapus