Finally, saya bisa update blog lagi setelah sekian lama, terakhir saya update pada September 2017 #dikeplak, selain itu saya juga sudah jarang membaca buku. Membaca buku butuh waktu lama untuk saya selesaikan, karena itulah saya sekarang lebih sering mendengarkan podcast atau nangkring di youtube. Oke cukup dengan intro saya yang nggak penting dan langsung saja kita bahas buku yang baru saja saya selesaikan.
Nggak ada hidup yang sempurna. hidup memang begini, penuh cacat dan kekurangan.
Menceritakan tentang Elizabeth Bachtiar yang berusaha lari dari hidup dan rasa bersalah atas kematian Arthur, adiknya. Di Facebook, Liz berkenalan dengan Andika Gautama yang sedang mencari terapis untuk Finn, adiknya yang Autis. Lizpun menyanggupi dan segera terbang ke Balik Papan.
Finn, penderita autis yang baru saja kehilangan Ibu kesayangannya, Ibu Montik dan harus berhadapan dengan Ayahnya yang seringkali melampiaskan kemarahan dengan pukulan dan makian. Sebenarnya saat diasuh Ibu Montik, Finn banyak memberikan tanda-tanda positif. Finn juga dapat berbicara sederhana dan berinteraksi, tapi semuanya hilang dan Finn sering tantrum dengan membenturkan kepala ke dinding.
Membaca buku ini membuat perasaan saya campur aduk dan mewek. Apalagi tema autisme sangat jarang saya temukan. Di buku ini penulis menjelaskan tanpa terkesan menggurui tentang Autisme beserta penanganannya dan autisme itu bukanlah suatu aib. Saya juga suka bagaimana karakter Liz berkembang. Liz yang awalnya selalu merasa dirinya pembawa sial dan selalu kesal, tapi sangat bertanggung jawab dan sayang saat mengasuh Finn. Selain Autisme, penulis juga membahas tentang kesehatan mental dan toxic parenting yang secara tidak langsung membentuk kepribadian anak. Saya menyukai sudut pandang Finn yang dihadirkan penulis. Melalui Finn saya sedikit memahami apa yang dirasakan dan apa yang dipikirkan oleh anak yang mengalami autisme.
Hal yang membuat saya sakit kepala saat membaca adalah partnya Ayah Agus yang kerjaannya marah terus dan seperti Liz, saya juga berharap Ayah Agus ini mati saja. Saya paham dengan apa yang dirasakan Dika terhadap ayahnya, tapi menurut saya penulis tidak menyelesaikan konflik Finn-Ayah Agus-Dika dengan tuntas. Untuk romancenya tidak terlalu kentara dan menurut saya justru itu kelebihannya, semuanya mengalir di waktu yang tepat.
Ayah Agus berkata saya adalah tragedi. Ayah Agus berkata saya lahir dari kesalahan. Tragedi adalah kesedihan. Tragedi tidak bahagia. Tapi, saya bahagia. Ayah Agus tidak suka saya bahagia. Tapi, saya tidak bersama Ayah Agus lagi.
Saya Senang. Walaupun saya adalah tragedi, saya bahagia. Saya ingin berkata pada Liza, saya ingin menjadi tragedi yang baik. Saya ingin menjadi tragedi yang tidak sedih. Saya ingin menjadi tragedi yang membuat Liza tersenyum.
P.s. maafkan jika review saya ini banyak kurangnya, agak grogi nulis lagi di blog setelah sekian lama, hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Review Buku di purplebookish.com merupakan pendapat pribadi yang berdasarkan penilaian subjektif terhadap buku yang saya baca. Begitu pula dengan postingan non review yang juga bersifat opini pribadi.
Purplebookish.com tidak memaksakan pembaca untuk setuju dengan semua tulisan yang dipublish. Jika ada yang ingin disampaikan atau berpendapat lain sila menulis di kolom komentar dengan bahasa yang sopan :)
P.s Saya akan menghapus komentar yang tidak berkaitan dengan postingan blog dan spam.
Mohon untuk tidak menyadur/mengcopy sebagian atau seluruh isi blog tanpa ijin :)
Terima Kasih :)